PENTIGRAF : Harus Coronakah?


Ibu terbaring lemah di atas tempat tidur putih. Selang oksigen menutup sebagian wajahnya yang pucat yang sesekali tampak menahan sesak nafasnya. Covid-19 meregangkan nyawa. Semangat hidupnya sangat tinggi. Itu tampak pada cahaya matanya ketika bertatapan denganku yang tak pernah aku takut menghadapi sebuah penularan Corona, karena cintaku padanya. Seorang perempuan yang tetap hadir dalam kesulitan anaknya. Seorang perempuan yang mendoakanku meski tak pernah aku tahu dalam ucapan. Tapi pandangan matanya tak pernah lepas sebelum aku menghilang di tikungan jalan ketika aku berangkat sekolah.

Rumah diisolasi. Tak ada saudara berkunjung. Mereka hanya menyampaikan permintaan maaf karena sedang ada di luar kota. Kepahaman yang sangat mendasar bagiku dengan alasan itu. Para tetangga di sekitar melempar pandangan dan sikap segera menjauh saat melihatku pulang ke rumah. Sungguh ini menyakitkan. Adakah mereka tahu betapa aku perlu seseorang untuk menguatkan, memotivasi, meski tidak harus mereka memelukku atau memegang tanganku. Cukup tersenyumlah dan bicaralah dari tempat yang jauh yang aman... Aku sangat mengerti.

Di depan ruang rawat inap ibu, ada dua brankar bergerak dari kejauhan beberapa orang di sekitarnya saling bertangisan. Aku  dengan masker setiaku memandang penuh kepo. Sepertinya aku mengenal mereka. Aow tetanggaku..! Ketika pasien itu lewati 1 m di hadapanku, sang pasien berteriak memanggil namaku. Brankar dihentikan dan mundur sedikit mengikuti permintaan pasien. Dia pun mengulurkan tangannya. Tentu aku takkan memegang tangannya, karena keluargaku terinfeksi virus corona. Beliau tetanggaku ini tetap menyodorkan tangannya, dan dengan terpaksa aku terima jabatannya, "Maafkan aku telah memfitnahmu... memprovokasi orang-orang di sini agar tidak mendekat padamu agar kami tidak tertular. Ta...tapi empat temanku sudah meninggal dunia dalam kecelakaan ini... bukan karena Corona. Maafkan aku."  Aku menggangguk... dan... dia... dia.... Innalillahi wa innailaihi roji'uun.


NURILATIH
kepala sekolah
Asparaga, 17 Maret 2020

0 Response to "PENTIGRAF : Harus Coronakah?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel