PENTIGRAF : Antara Pulang Dan Tidak
Aku sudah memutuskan kalau
malam ini aku menginap lagi di asrama pelatihan. Beberapa tugas harus aku
selesaikan malam ini juga. Jadi kalau aku pulang maka waktuku mengerjakan tugas
akan habis dijalan. Meski perjalanan pulangku tidak memakan waktu lebih dari
satu jam, tapi faktor lain seperti cuaca yang sering hujan, tenaga yang pasti
terkuras habis, akan menyita seluruh semangatku untuk menyelesaikan tugas-tugas
itu. Dengan begitu, ketika sampai rumah aku akan loyo dan belum lagi bercanda
sama istri dan anak-anakku. Ibuku kadang juga suka minta dipijitin.
Tugasku ada dua tetapi
bukan main banyaknya. Malam ini harus selesai! Tugas pelatihan dan tugas
kuliah. Tugas pelatihan adalah membuat makalah sekitar lima belas halaman.
Sampai jam empat sore ini belum selembarpun kukerjakan! Aku lebih mendahulukan
tugas kuliahku, membuat telaah buku berjudul “ISLAM AND MANAGEMENT”
karya Dr. Naceur Jabnoun. Untungnya, dari buku berbahasa Inggris setebal 356
halaman itu aku hanya mengerjakan Part Four saja. Proses scan buku sudah
kulakukan sehingga aku sudah mempunyai file-file gambar berformat jpg yang
berisi halaman-halaman buku itu. Berkat teknologi, proses panjang itu
kuselesaikan jauh lebih cepat. Sementara, istriku mengirim teks, “Mas, nanti
malam pulang apa tidak?”. Saya hafal betul bahwa ini sebetulnya bukan
pertanyaan. Ini adalah harapan bahwa malam ini dia ingin aku pulang. Rindu juga
aku bertemu dengan dia, padahal aku baru menginap semalam saja di asrama.
Terlecut aku dengan pesan WA ini. Kukebut pekerjaanku bagai setan. Ini
kebiasaan burukku, menunda-nunda pekerjaan dan tugas. Setelah memasuki injury
time baru aku ngebut. Yang kukorbankan selalu sama: kualitas pekerjaan. Telaah
buku selesai! Kulanjut dengan tugas pelatihan, tak sampai satu jam tuntas sudah
makalah limabelas halamanku. Kemampuan mengetik dengan cepat membuatku mudah
menuntaskan tugas-tugas itu. Alhamdulillah! Seruku dalam hati. Istriku pasti
terkejut.
Jam lima sore. Buru-buru
aku mandi, makan dan persiapan pulang. Kutelepon istriku dan ku sampaikan kabar
gembira ini. Seperti biasa dia merespon dengan nada biasa, malah menyarankan
aku agar menyelesaikan tugas-tugasku. Tetapi aku bisa membaca keriangan
hatinya. Saat tiba di rumah, dia terlihat sulit menyembunyikan rasa senangnya.
Raut seperti ini sudah kuhafal betul karena aku sudah cukup lama berumah tangga
dengan dia, 20 tahun! Keputusanku pulang malam itu ternyata tidak salah.
Istriku begitu mudahnya tertidur di sampingku malam itu setelah malam
sebelumnya dia mengeluh kepadaku bahwa dia sulit tidur. Dalam tidurnya kukecup
keningnya. Selamat tidur sayang, mimpi indah yaa. Hmmmmm.
BS, Lumajang.
SUMBER GAMBAR
1) http://www.catatan.vitarlenology.net/2012/06/perjalanan-menuju-rumah-senja.html
2) https://c.mi.com/forum.php?mod=viewthread&tid=300132&aid=635142&from=album&page=1
0 Response to "PENTIGRAF : Antara Pulang Dan Tidak"
Post a Comment