Teks Puisi Lomba Baca Puisi Piala KAPOLRES Lumajang Tahun 2021


 Teks Puisi Lomba Baca Puisi Piala KAPOLRES Lumajang Tahun 2021

 *pilih satu puisi yang disukai


KETENTUAN LOMBA KLIK DI SINI


JASAD YANG TERLUPA

Rendy Ramadhan

 

 

Dulu, wajah kusut itu. Perwira gagah perkasa dalam pasukan berani mati. Berdiri tegak di bawah laskar panji-panji, bertaruh nyawa demi Sang Saka; merah putih.

 

Merdeka!

Merdeka!

Merdeka!

 

Kata merdeka selalu tersemat dami memacu semangat, memutar otak dalam tiap menapak pijak.

 

Jasa-jasanya tak terbeli dalam mengusir koloni, demi bakti pada Ibu Pertiwi.

Apakah pantas berserak bagai puing yang berserak?

 

"Di manakah hati nurani?"

 

Lihatlah! Keriput di dahinya, tetap perkasa walau renta usia terlindas masa.

Ia masih tetap berjuang, walau merdeka pernah ia persembahkan.

 

Rendy Ramadhan, Lumajang, 14 Agustus 2018

 

 BERIKUT FOTO MAS RENDY PENCIPTA PUISI INI

 

APA MAKNA KATA MERDEKA

Rendy Ramadhan

 

Aku berdiri di bumi tempatmu bersimbah, mencari makna atas nama kata merdeka. Menyimak sejarah perjuangan dulu kala, seakan nyawa tiada lagi berhaga demi membela bangsa.

 

Bahu membahu mengusir penjajah, selagi raga masih bernyawa. 'Tak kenal lelah, walau harus berkeringat darah demi satu kata merdeka.

 

Lalu, kucoba melihat di sudut sisi kota. Di sebelah jembatan dekat lampu merah. Di sana! Ya di sana ... berdiri seorang bocah dengan jerit yang 'tak bersuara, menawarkan bendera. Menyusuri kemegahan kota dengan dan tanpa banyak kata.

 

Ada makna yang tersimpan dari sorot mata, bukan karena kerasnya perjuangan dalam hidupnya. Namun lebih cenderung tentang arti kata merdeka, yang sesungguhnya 'tak mampu ia cerna.

 

Kulihat di sudut lain, tampak lelaki berdasi turun dari mercy. Gelak tawanya seakan membelah bumi pertiwi, begitu gagah dengan kemewahan yang ia punya.

 

Hmmm, kuhela napas panjang-panjang. Kembali kurenungkan akan makna kata merdeka. Yang sesungguhnya aku sendiri belum tahu jawabnya.

 

Lumajang, 30 Juli 2018

 

 

*MERDEKA *

Rendy Ramadhan

 

Merdeka!

Kalimat itu terus bergema

Dari bibir mungil seorang bocah

Penjual koran sepulang sekolah

 

Lihatlah!

Wajah itu, seakan 'tak mengenal lelah

Menyusuri trotoar dekat lampu merah

Deras peluhnya mengucur; bersimbah

Laksana pejuang mengusir penjajah

 

Deru mesin bagai jerit tangisan batin

Tatkala harus memungut nasi sisa kemarin

Basi ...!

Layaknya janji-janji kaum berdasi

 

Merdeka!

Sekali lagi; katanya

Merdeka!

 

Menatap tajam, hormat bendera

Lagi-lagi, ia menyerukan merdeka

 

Lumajang, 09 Agustus 2018

 

 FOTO MAS RENDY  SAAT INI



*TANAH AIRKU INDONESIA"

Rendy Ramadhan

 

Merah putih nan gagah perkasa

Menjulang tinggi membelah angkasa

Engkaulah pusaka bangsa

Tanah airku Indonesia

 

Empat penjuru saling bertaut

Merdeka! Tiada putus kausebut-sebut

Binar mata seketika berkabut

Semangat jiwa pun tersulut

 

Indonesia!

Tanah airku

 

Indonesia!

Tumpah darahku

 

Kuserahkan semua yang termiliki

Demi bakti padamu; Negeri

Jiwa raga ini?

Tiada tersisa untukmu; Pertiwi

 

Lumajang, 12 Agustus 2018

 

 

 

AIR MATA IBU

Rendy Ramadhan

 

ibu

di matamu masih basah

dukamu belumlah sirna

pandangmu pun tak sempurna

kini harus kautumpah lagi

bening mutiara

dari kelopak nan indah

 

ibu

apa yang kaurasakan

kenapa diam di sudut keramaian

menyaksikan anak-anakmu saling tendang

mencaci!

memaki!

bahkan menghakimi

tak ubahnya dengan pencuri kelas teri

 

ibu

ini bukan salahmu

melahirkan anak-anak berilmu

mereka sesat ditelan ambigu

bukan salah ibu melahirkan

hanya saja mereka terjerat di jalan pulang

lupa Tuhan

lupa lagi akan liang

 

ibu

murkahlah!

kutuklah!

agar mereka segera sadar

dan ingat ke jalan pulang

sebelum gagak menggali lubang

 

ibu

air matamu kini kembali mengalir

tetesanya mampu membelah bumi

menjadi anak sungai

tempat penampungan peti

 

 

Lumajang, 25 September 2019

 

 

 

 

JARI JARI TANGAN

Rendy Ramadhan

 

angkat tangan jari telunjuk

jari-jari saling tunduk

tunjuk kepala angguk-angguk

jari-jari garuk-garuk

 

jari-jari si jari-jari

jari tangan merajai

raja tunduk dengan jari

jari-jari ambil kendali

 

ini jari bukan sekadar jari

jari-jari si jabang bayi

tekuk jari atur strategi

jari menunjuk raga terbeli

 

jari-jari si jari-jari

jari tangan pegang kendali

lupa diri acungkan jari

jari si bayi menghakimi

 

inilah kisah jari tangan

jari-jari jadi tuhan

 

Lumajang, 30 September 2019

0 Response to "Teks Puisi Lomba Baca Puisi Piala KAPOLRES Lumajang Tahun 2021"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel